Rumput Tetangga #9

WhatsApp Image 2017-12-04 at 20.52.54

Kalau dilihat dari foto di atas, Rumput Tetangga edisi ini seperti akan mengangkat cerita bisnis seorang penjual pomade. Tak sepenuhnya salah memang, karena narasumber saya kali ini bisa dibilang multitalenta: seorang dokter, penjual pomade, dan juga barista. Namanya Dimas Arief Destiyono. Karena dirasa tak pantas satu dan lain hal, masyarakat sekitar menolak untuk memanggilnya dengan nama lahir yang benar, bahkan mereka menciptakan nama panggilan baru yaitu Samid.

Samid berasal dari Klapagading. Berbeda dengan Kelapa Gading di Jakarta Utara, Klapagading yang satu ini merupakan sebuah desa kecil di daerah bernama Wangon, yang merupakan pertemuan empat jalur jalan provinsi, sekitar 45 menit perjalanan dari Purwokerto. Kalau boleh bercerita, dulu sewaktu saya SMP tiap Sabtu sore ada jam tambahan olahraga renang di kolam renang Tirta Kembar. Kala itu sungguh menarik bagi saya tiap kali melihat anak-anak dari Wangon, mereka datang secara rombongan menaiki bus berukuran sedang (seperti sedang karya wisata) dan bertingkah dengan savage-nya, seakan baru pertama kali melihat air tawar terkumpul dalam suatu tempat selain sungai.

Beruntung bagi Samid, ayahnya bekerja sebagai engineer di Conoco Phillips sehingga dia bisa menikmati fasilitas pendidikan yang layak sampai ke jenjang sarjana. Lantas, bagaimana kisah lengkapnya sampai dia bisa berada di titik sekarang ini? Mari kita telusuri bersama.

1. Jadi dokter itu cita-cita sejak kecil atau bagaimana? 

Mungkin sewaktu kecil rata-rata anak seusia saya akan menjawab kalau gak jadi dokter ya jadi polisi atau tentara, tapi sepertinya waktu itu saya ingin sekali menjadi sebuah robot. Serius, keren banget rasanya coy bisa nembakin rudal dari lengan. Inspirasi itu timbul dari tontonan robot Voltron dan Power Rangers.

Lho di Wangon bisa nonton Voltron dan Power Rangers ya?

Itu sebenarnya tontonan elit buat anak-anak di Wangon sih. Teman-teman saya yang gak bisa nonton ya cita-citanya jadi kelereng, biji congklak, atau daun suji. Kembali ke topik, ketika akil balig cita-cita mulai serius, waktu itu ingin jadi arsitek. Tapi semua itu sirna, terhempas karena bertentangan dengan keinginan orang tua,tapi ya sudah ternyata enak juga jadi dokter seperti sekarang.

2. Sekarang praktik di mana?

Di salah satu klinik di daerah Tanjung dan Rumah Sakit Siaga Medika.

Kalau kerja di klinik standar lah ya. Nah, di RS Siaga Medika ini tupoksinya sebagai apa?

Jadi dokter umum. Sehari-hari ya begitu, berangkat dari Purwokerto ke Banyumas terus mengisi daftar presensi. Setelah itu langsung ke UGD meet up sama pasien-pasien yang saya cintai. RS Siaga Medika ini memang terkenal dengan RS khusus tulang, jadi ya pasiennya rata-rata korban kecelakaaan lalu lintas. Kadang kalau lagi beruntung saya juga dapat pasien kasus kecelakaan kerja seperti jatuh dari genteng, jatuh dari pohon, tangannya terpotong gergaji mesin, atau pernah juga mas-mas panik minta discan gegara kejatuhan ranting kayu, hehe.

Wewenang dokter umum di sana cukup luas juga, kadang sampai mendatangi ICU buat memasang selang nafas, kadang juga ke ranah kamar bersalin buat jahit luka persalinan di mana bidannya sudah menyerah, pernah juga sampai lari- lari kecil untuk nyamperin pasien code blue (kode yang menunjukkan  pasien membutuhkan resusitasi atau pertolongan medis pertama, paling sering sebagai akibat dari serangan pernapasan atau serangan jantung) di ruangan. Oh iya satu lagi, tanda tangan surat kematian. Berasa kayak tangan kanan malaikat Izrail, coy.

Lalu, suka dan duka bekerja di sana apa saja?

Paling suka sih kalau ada yang nyapa gitu pas saya lagi main atau ngapain di luar tempat praktik, kayak misal “Eh mas dokter ya, makasih ya kemarin anak saya habis minum obat langsung sembuh”. Ada juga yang suka ngirim makanan, pernah tuh saya dikirimi satu kardus oleh-oleh dari tanah suci dari pasien.

Kalau dukanya lumayan banyak juga, dari ketemu pasien yang cuma minta surat sakit biar bisa bolos, pasien yang gak acuh gitu gegara dokternya masih muda jadi kesannya gak percaya gitu, padahal ilmu ane lebih fresh coy lebih up to date. Pernah juga dikira mas-mas cleaning service sewaktu tugas di UGD. Ya mungkin karena faktor muka ya.

3. Jam kerja / jadwal praktik dalam seminggu itu bagaimana sih?

Sejujurnya bab ini yang bikin saya agak iri, kalau orang-orang sudah pada di rumah jam 5-6 sore, mungkin buat saya itu jadi sesuatu yang tabu. Jadwal dalam seminggu kadang berubah-ubah tergantung shift di rs. Kalau jadwal yang pasti itu di klinik praktek pagi mulai pukul 8 pagi sampai jam 2 siang di hari Senin, Selasa, Rabu dan Jumat, plus hari Minggu di minggu ketiga dan keempat. Sementara itu untuk bulan ini jadwal di Siaga Medika itu masuk malam untuk hari Minggu dan Senin, masuk siang untuk hari Selasa, Rabu, dan Jumat, serta masuk pagi setiap Kamis. Sabtu sudah terbooking buat mbak pacar, love time lah.

4. Ada pengalaman menarik saat bekerja?

Pengalaman paling menarik itu pas bulan-bulan awal kerja di klinik Tanjung. Ceritanya ada tuh pasien mbah-mbah datang ke klinik beserta keluarganya. Ramean tuh. Salah satunya ada cucunya, cewek masih kuliahan gitu gayanya tengil banget, sok iye. Dia pakai sepatu tinggi, begitu masuk ruang praktik langsung ngaca di wastafel, waktu saya meriksa mbahnya eh dia malah nge-ig story-in. Sekelebat dalam hati saya pikir, hmm boljug juga sih. Beberapa bulan kemudian dia pun jadi pacar saya. Ya namanya rezeki memang gak harus berbentuk materi.

5. Dengar-dengar dulu sempat internsip di Kalimantan?

Iya cuy, gila lah itu pengalaman yang epik sekali.

Tepatnya di mana?

Saya internsip di Kabupaten Passer, kabupaten paling selatan di provinsi Kalimantan Timur. Kalau mau ke sana, kita harus menempuh perjalanan melewati dua dunia, dunia air dan dunia darat. Pakai kapal feri sekitar 2-3 jam menyeberang Selat Balikpapan, kalau pakai speed boat bisa lebih cepat, cuma 30 menit tapi risiko mabuk lebih besar. Setelah itu lanjut naik kendaraan darat sekitar 5-6 jam dengan moda transportasi angkot (orang sana bilangnya taksi). Bangsat taksi tapi isinya 10-12 orang itu taksi apaan.

Ngapain aja di sana?

Selain menjalani program internsip, saya juga nyambi di klinik di kawasan tambang batubara, jadi seminggu bisa 2-3 hari saya di area tambang. Nah di jalan menuju klinik ini saya sering ketemu sama babi hutan nyebrang jalan, monyet juga pernah ikutan nyebrang. Pernah juga ada biawak masuk rumah sama monyet tiba-tiba duduk santai di depan pintu dapur. Pengalaman paling gak enak ya kemalingan di rumah singgah. Laptop, ponsel, dan uang jasa medis raib semuanya.

Nah, enakan mana sama di Jawa?

Duh, retoris. Next question.

6. Coba sebutkan fakta-fakta soal dunia medis yang orang gak banyak tahu.

  • Obat yang diresepkan ketika anda pakai BPJS ataupun non BPJS itu khasiatnya sama. Sering saya dengar pasien yang bilang, “Wah obat paten ini lebih manjur daripada generik”. Sebenarnya bahannya sama, cuma memang beda di dosis. Tapi apa ya perlu kita pakai bom nuklir untuk berburu di hutan?
  • Dokter muda itu bukan dokter yang masih muda, tapi sebutan lain untuk mahasiswa koas.
  • Kalau mau minta surat dokter bilang saja, kami tahu mana yang sakit beneran atau sakit bohongan.
  • Ini kasus nyata nih. Tolong kalau demam baru satu hari jangan langsung datang ke UGD, diobati dulu saja ke klinik, gak bisa klaim BPJS coy nanti di UGD.

7. Boleh minta komentar soal dua hal? Pertama: gentle birth dan baby led weaning yang sempat dipopulerkan salah satu selebrita; kedua: drama sakit-sakitan papa saat terciduk.

Untuk gentle birth saya gak masalah selama memang persalinan normal tanpa komplikasi dan tetap didampingi oleh tenaga medis (dokter spesialis kandungan) yang ahli dalam bidang tersebut.

Nah kalau baby led weaning, sebenarnya gak semata-mata kita membebaskan bocah bayi untuk nyomot makanannya sendiri lho, ada term and condition tertentu seperti umur bayi, berat badan, jenis makanan yang tepat. Kalau bayi umur 6 bulan kita terapkan baby led weaning pakai Mie Ayam Kamandanu yo bakal mati tersedak doi. Lagipula di dunia kedokteran belum ada jurnal yang menguatkan metode baby led weaning, baru sebatas observasional saja. Jadi untuk efek jangka panjangnya belum ada bukti klinis, be smart ya moms.

Komentar saya untuk papa: “Jancuuuk sampeyan, medis mbok dadekno dolanan, tak infus ubun-ubunmu cuuuk.”

8. Target dan rencana ke depan?

Rencananya sih mau buka apotek & rumah khitan. Doakan ya biar bisa segera berdiri tahun depan.

Lho, memangnya sudah punya pengalaman mengkhitan?

Jadi waktu masih koas saya pernah mengikuti workshop perkhitanan. Di acara itu, selain pemaparan materi ada juga sesi praktik mengkhitan (yang diberi embel-embel sunatan masal). Burung-burung tak berdosa nan lugu itu pun akhirnya diobrak-abrik oleh para dokter muda yang masih dalam proses belajar, ya namanya gratis ya kan hehe. Tapi tetap dengan pengawasan tentunya, masih berada di koridor yang benar. Alhamdulillah waktu itu semua penis terkhitan dengan manis dan rapi. Setelah mengikuti workshop, karir mengkhitan saya berlanjut ketika merantau ke pulau seberang. Di sana, mulai penis  yang kecil sampai penis yang sudah “berjaket tebal”, sudah pernah saya “sikat menceng” dengan berbagai model.

9. Dulu sempat berbisnis jualan pomade dan jadi barista kopi ya? 

Semua itu bermula dari keterdesakan, kalau saya gak jualan atau gak kerja ya gak punya uang jajan. Jualan pomade aslinya berawal dari kebutuhan rambut, karena saya memang suka pakai pomade. Nah waktu itu harga pomade mahal, jadi ya kenapa gak bikin aja sendiri sekalian dijual.

Sementara itu kenal dengan dunia kopi sebenarnya sudah cukup lama, mungkin dari tahun 2010. Cuma ya kala itu tahu-tahu doang dan budaya ngopi kekinian belum seramai sekarang. Saya belajar pertama kali di Studio Kopi, salah satu coffe shop legendaris di Jogja, lalu sempat lanjut bekerja di Darat Coffeelabs, nah yang paling terakhir di Arua Coffee; cukup menyenangkan juga terjun di dunia hitam itu, dari sana jadi dapat banyak ilmu tentang komunikasi dan punya banyak teman.

Termasuk teman tidur?

Hhhhhhh.

10. Dari ketiga hal: menjadi dokter, jualan pomade, dan barista; mana yang paling bisa memberi kepuasan? Alasannya?

Kepuasan secara batin ya jadi barista, karena suasana kerjanya seru, banyak ketemu orang baru. Sebenarnya jadi dokter juga bisa ketemu banyak orang baru cuma suasananya kan beda tujuan orang datang juga beda. Tapi kalau urusan uang ya kita tahu sama tahu lah, lebih oke jadi dokter. Realistis saja.

11. Kalau bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu, masih tetap ingin jadi dokter atau mau coba profesi lain? Alasannya kenapa?

Kalaupun waktu bisa diputar balik, ibu pasti juga tetap ingin saya jadi dokter, jadi ya percuma saja. Yowes syukuri saja yang ada sekarang. Yang penting ibu bahagia dan saya tidak durhaka.

12. Sudah punya pasangan?

Alhamdulillah sudah sold out.

Katanya selebgram di Purwokerto ya? Suka dukanya pacaran dengan warga nonsipil begitu bagaimana?

Kata khalayak ramai sih begitu. Ya biasa saja sebenarnya, gak ada bedanya. Cuma ya siap-siap saja kalau kami lagi main di luar pasti ada saja yang nyapa dia, saya suka minder juga semisal yang nyapa lebih ganteng, haha.

Sering minder berarti ya. Sudah ada rencana untuk menghalalkan?

Pasti dong, harus secepatnya sebelum pelet saya kadaluarsa.

Kapan?

Habis Syawal.

13. Role model anda siapa? Alasannya?

Ibu. Biarpun suka memaksakan kehendak, tapi …

Termasuk soal jodoh ya?

Ehm, hehehe. Tapi saya sayang sekali sama beliau, dan paksaan ibu saya yakin pasti menuntun ke hal yang terbaik (telah teruji klinis selama 25 tahun masa hidup saya).

14. Tiga kata yang paling tepat untuk menggambarkan seorang Samid?

Tiga kata atau tiga huruf?

Tiga huruf mah nama mantan anda di Jogja. Tiga kata.

Oh iya benar juga. Absurd; kerja keras; dan Indomie.

15. Terakhir, OOT nih. Kenapa di antara berbagai merk mobil lain, anda memilih Suzuki Swift? Kelebihannya apa?

Ya mampunya beli itu cuuuk, kalau uangnya turah-turah pasti sudah kupilih Mini Cooper, hahaha.

***

Leave a comment